🦇 Jenazah Santo Santa Yang Masih Utuh

Meninggalpada 31 Januari 1888, dan jenasahnya masih utuh disimpan di Biara Basilika Maria Bantuan Kami di Turin, Italia, tepat di samping jenasah utuh Santa Maria Mazzarello. Saint Maria Mazzarello Bernama kecil Maria Domenica, ia lahir 9 Mei 1837, di Mornese, Alessandria. Semasa kecil sudah muncul jiwa kepemimpinannya. SungaiAare yang sedingin kulkas dan minim fauna, membuat jasadnya terjaga setengah membeku, Sehingga tetap utuh lengkap walaupun berada - Halaman all Minggu, 24 Juli 2022 Cari Hematsaya kolusi dan nepotisme tidak apa-apa alias baik saja asal tidak korupsi. Koruptor tidak layak disebut sebagai 'saudara atau ibu Yesus'. Yang dimaksudkan dengan 'saudara dan ibu Yesus' hemat saya adalah orang yang baik dan berbudi pekerti luhur, tidak berbuat jahat sedikitpun, antara korupsi yang masih marak di negeri tercinta ini. Beritaviral dan juga mengejutkan warga Bojonegoro disaat penggali makam mendapatkan jenazah yang masih utuh dab menyebarkan bau wangi Berita. Pilihan Redaksi. Apakah Minyak Kemiri Mempunyai Efek Samping Berbahaya? 16/04/2021. Mulan sampai The Lion King, 5 Film Live Action Ini Dianggap Mengecewakan. Dikutipdari akun TikTok Official iNews, Beritadan foto terbaru Jenazah Ustadz Utuh Saat Dibongkar - SUBHAANALLAH, 17 Tahun Terkubur, Jenazah Guru Ngaji Ditemukan Masih Utuh, Baunya Harum Senin, 17 Januari 2022 Cari Jugakesaksian kalian, bahkan kesaksian saya yang kecil, bahkan kesaksian tersembunyi dari mereka yang hidup secara sangat sederhana dalam hubungan keluarga sehari-hari, hubungan kerja, dan persahabatan. Ada santo-santo sehari-hari, ada santo-santa yang tersembunyi, semacam orang "setengah suci", seperti kata penulis Perancis. Kainkafannya terlihat utuh," ujar Zaenal K, 30, salah satu warga kepada soal video viral jenazah utuh, Selasa (1/6/2021). Zaenal mengaku melihat langsung penggalian dan pengangkatan kain kafan tersebut. Kain kafan yang masih utuh itu ditemukan saat digali pada kedalaman sekitar sedada orang dewasa. Tergantungbagaimana menilainya. Yang perlu diingat adalah bahwa teknik pembalseman di era modern baru dikenal sejak waktu Perang Saudara Amerika dan karena itu tidak pernah dipraktekan sebelum tahun 1860-an. Nah, berikut ini adalah 5 mayat yang tetap awet hingga kini dan meninggal sebelum tahun 1860. 1. Santa Betina Zita. . Jakarta - Inkoruptibilitas. Itu adalah istilah yang merujuk pada kondisi mayat yang tak membusuk meski telah dimakamkan dalam waktu yang lama. Faktor lingkungan alamiah di liang lahat mempengaruhi awetnya mayat-mayat dari tulisan Heather Pringle di Discover Vol 22 Nomor 6, diakses detikcom pada Kamis 8/2/2018, Santa Zita adalah salah satu sosok inkoruptibel yang terkenal. Dia lahir pada 1212 dan meninggal dunia pada 1272 di desa Montsegradi, tak jauh dari Lucca Italia. Makamnya digali pada 1580 dan jasadnya masih utuh. Meski begitu setelah jasadnya ditemukan utuh, proses mumifikasi dengan campur tangan manusia dilakukan. Zita dikanonisasi diproses penasbihan menjadi orang suci, yakni santo atau santa pada 1696. Dilansir dari Slate, majalah berhaluan liberal dari Amerika Serikat, mayat St Paula Frassinetti yang bisa dijumpai di Biara St Dorotea di Roma juga tidak membusuk. Paula sudah meninggal 133 tahun lalu. Ada lagi jasad Francesca Romana yang ditemukan utuh pada 1440 beberapa bulan setelah kematiannya. Namun setelah ditilik dua abad kemudian, jasadnya sudah berubah menjadi penelitian patolog dari Universitas Pisa, membuka makam memang mengakibatkan kerusakan iklim mikro. Perubahan iklim mikro itu berakibat pada rusaknya jasad yang sebelumnya bisa terawetkan oleh kondisi sebelum pembukaan makam. Wajar bila jasad Francesca Romana kemudian menjadi tulang belulang setelah dilihat kembali dua abad Vatikan tak lagi mensertifikasi jasad inkoruptibel sebagai orang suci. Namun sebelumnya, penghormatan terhadap orang suci yang jasadnya tak busuk adalah tradisi Katholik Roma dan Ortodoks Timur. Heather Pringle menjelaskan bahwa saat itu, tidak membusuk dipandang sebagai tanda dari berabad-abad, banyak yang memuji jasad-jasad ini sebagai bukti campur tangan Ilahi, ini adalah bukti bahwa mereka adalah pelayan Tuhan yang sejati semasa hidupnya. Orang yang taat percaya bahwa jasad-jasad ini punya kekuatan menyembuhkan berbagai jasad Santa Zita digali, konon orang-orang buta menjadi bisa melihat dan orang-orang mandul menjadi begitu, pandangan baru terhadap inkoruptibilitas telah muncul. Para patolog ahli penyakit, ahli kimia, hingga ahli radiologi diminta Vatikan untuk memeriksa peti-peti jenazah abadi itu. Mereka memeriksa dua lusin jasad orang-orang suci dan sebagian jasad-jasad ini telah sengaja dimumifikasi oleh para pengikutnya, namun sebagian lagi menjadi awet gara-gara faktor kondisi lingkungan yang mendukung. Ini memunculkan pertanyaan baru soal inkoruptibilitas."Apa yang ajaib?" gugat Ezio Fulcheri, patolog dari Universitas Genoa dan salah satu pimpinan peneliti jasad inkoruptibel. Fulcheri pernah pula meneliti jasad orang-orang yang dianggap luhur, terdiri dari belasan jasad uskup agung dan uskup-uskup pada 1986, bekerja di dekat Saint Peter's benua Amerika, ada mumi dari suku Inka, umurnya 500 tahun. Dilansir Daily Mail, Mumi itu ditemukan pada 1985 oleh para pendaki gunung di ketinggian meter, di barat daya punggung bukit Cerro Aconcagua, Provinsi Mendoza, Argentina. Mumi La Doncella ditemukan di Llullaillaco By grooverpedro via Wikimedia CommonsIni adalah mumi anak laki-laki yang dikorbankan dalam ritual capacocha, berupa pembiusan dan pembekuan sampai mati. Mayatnya diangkat oleh arekolog, kondisinya masih mengenakan berbagai kain dan dikelilingi enam lagi yang dinilai sebagai mumi dengan kondisi paling terjaga secara almiah, adalah mumi tiga anak Inka yang ditemukan di ketinggian meter gunung Llullaillaco, perbatasan Argentina dan Chile. Sebagaimana diberitakan Live Science, tiga mayat anak yang ditemukan pada 1999 ini adalah korban ritual juga, 500 tahun lalu. Dari tiga mayat anak ini, yang paling ikonik adalah La Doncella, usianya 15 tahun saat dikuburkan. Mayat anak suku Inka ini bukan sengaja dimumi dalam pengertian dibalsem atau diberi pengawet seperti mumi Mesir. Mayat anak ini awet karena berada dalam kondisi alamiah tertentu. Kondisi lingkungan yang mendukung di sini adalah dingin yang ekstrem dan kondisi yang kering di pucuk tertinggi pegunungan Benua Asia, ada Cherchen Man dan Loulan Beauty dari Tarim Basin, Xinjiang, China. Mumi ini mengungkap soal ras Kaukasia yang mendiami Asia. Mumi yang ditemukan di Tarim Basin, China Wikimedia CommonsPenjelasan soal mumifikasi alamiahMayat-mayat orang suci di Eropa memang dihormati. Sebab-sebab mayat ini bertahan dari pembusukan diteliti oleh Fulcheri lewat penggalian di Basilika St Fransiskus di Arezzo, Italia. Di sini ada kasus sejenis yang bisa jadi rujukan kasus inkoruptibilitas yang lainnya. Di ruangan bawah terdapat tiga jenazah orang kaya Abad 17-18. Penelitian dipimpin Gaspare ruang bawah tanah tempat penyimpanan jenazah ini, temperaturnnya tak jauh berbeda antara musim panas dan musim dingin. Lantai di atasnya terbuat dari batu dan membuat suhu tetap rendah. Temperatur di dalam ruang makam ini bakal stabil di kisaran 58 derajat Fahrenheit sekitar 14 derajat Celcius, beberapa derajat di bawah ambang batas ideal bagi tumbuhnya bakteri. Jasad-jasad Inka di Amerika Latin terjaga keawetannya sampai 500 tahun karena ketinggian tempat mereka bersemayam. Ada yang di ketinggian meter, ada pula yang ditemukan di gunung Llullaillaco di ketinggian meter. Lullaillaco juga adalah salah satu tempat dengan udara terkering di dunia. Ini juga menjadi situs arkeologi tertinggi dalam sejarah. Kombinasi dingin dan kering menjadi penjaga jasad mereka melewati lima abad. Jasad Cherchen Man dan Loulan Beauty di China juga terjaga melewati zaman di Tarim Basin. Karena kondisi gurun yang kering, jasad manusia ras Kaukasoid-Mongoloid ini menjadi awet, termumifikasi secara alamiah. Padahal usianya sudah satu milenium sebelum Masehi. dnu/fjp Di Ruteng, jasad Suster Yulia Ndama OSU yang dimakamkan 19 tahun juga ditemukan masih utuh. sosial dan portal berita internasional baru-baru ini ramai memberitakan mengenai jasad seorang pendiri biarawati di Missuori yang masih utuh. Suster Wilhemina OSB adalah suster Benediktin yang bertugas di Keuskupan Missuori Amerika Serikat. Dia meninggal pada 2019 lalu. Awalnya pihak biara ingin memindahkan makam Suster Wilhemina. Namun, ternyata pihak biara mendapatkan kondisi jenazah yang masih utuh. Saat pemakaman pada 2019, Suster Wilhemina sama sekali tidak dilakukan pengawetan jenazah. Meski demikian, ketika diangkat kondisi jenazah Suster Wilhemina masih utuh. Pihak biara sama sekali tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini. Mereka berpikir akan menemukan bagian tulang belulang saja. Pihak biara Benediktin mengatakan, pihaknya tidak pernah menyebarluaskan kondisi jenazah Suster Wilhemina “Kami tidak punya rencana untuk menyebarluaskan temuan ini. Namun kabar ini tersiar seperti api di hutan. Tuhan bekerja dengan cara misterius,” ujar pihak Biara Benediktin. Pihak Keuskupan Kansas di Amerika Serikat memberi pernyataan atas temuan ini. Mereka masih melakukan penelitian atas temuan menakjubkan ini. “Kondisi jenazah Suster Wilhemina memang menimbulkan antusiasme dari masyarakat luas. Namun perlu dipahami, bahwa kami masih melakukan penelitian. Uskup Johnston mengundang saudara sekalian untuk berdoa, selama masa penyelidikan ini,” tulis pernyataan itu. Saat berita ini menjadi viral dan ramai diperbincangkan, masyarakat berbondong bondong untuk ke Missuori. Para pengunjung diperkenankan untuk memegang jenazah Suster Wilhemina, sambil berdoa di depan jenazah. Saat ini Suster Wilhemina sedang diteliti kondisi jenazahnya, dan dipertimbangkan untuk diberikan gelar Santo Santa. Namun karena baru empat tahun meninggal, maka Suster Wilhemina belum bisa mendapatkan gelar Santo atau Santa. Dalam agama Katolik, orang-orang yang jenazahnya masih utuh menjadi simbol suci bagi umat Katolik. Nantinya, dia bisa diberi gelar suci, atau dikenal dengan Santo atau Santa. Peti jenasah tempat Sr. Yulia terbaring setelah wafatnya pada 14 Agustus 2004, seteLah menghembuskan nafas terakhir di RSU Ruteng. Ia wafat pada usia 60 tahun dan dikenal sebagai seorang biarawati yang murah senyum, baik hati dan disiplin dalam hidupnya. Foto Jimmy Carvallo Jenazah Suster di Ruteng Temuan jenazah Suster juga terjadi di Ruteng, Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Jenazah Suster Yulia Ndama OSU yang dimakamkam 19 tahun lalu ditemukan masih utuh. Hal itu terjadi ketika dilakukan pemindahan makam atau tradisi Teing Hang oleh pihak keluarga. Pihak keluarga menyatakan, saat ingin dipindahkan ada peti untuk memindahkan tulang belulang. Namun saat ingin dipindahkan, hal yang tidak terduga terjadi. Keluarga menemukan peti jenazah utuh. Tak hanya itu, pakaian biarawati berwarna putih dan tudung yang dikenakannya juga masih utuh. Setangkai bunga mawar hidup yang dahulu disematkan di sisi dada kiri baju biarawatinya, nampak sudah kering tapi masih ada. Kelopak bunga dan daun masih terlihat. Foto Sr. Juliana Timung Ndama, OSU, atau yang dikenal dengan nama biara sebagai Sr. Yulia Ndama. Ia mengabdi sebagai biarawati di Ordo Santa Ursula Ursulin dan wafat pada 14 Agustus 2004. Setelah 19 tahun dimakamkan, jenasahnya masih utuh, saat digali kembali di pemakaman Kampung Lawir di Ruteng, Manggarai. Foto Selama masih hidup, Suster Yulia mengabdikan hidupnya untuk membiara. Ia bertugas di wilayah Jakarta, dan juga di wilayah Bandung. Suster Yulia pernah menjadi Kepala Sekolah di Sekolah Ursulin. Dia juga pernah mengurus para lansia yang ada di panti. Tidak hanya mengabdikan hidupnya untuk pelayanan, Suster Yulia juga suka berdoa rosario. Saat sedang berada dalam Komunitas Ursulin, Suter Yulia seringkali memegang rosario miliknya sebelum meninggal. Suster Yulia memberi teladan, di mana ia baik hati kepada semua orang dan juga ramah kepada orang. Dalam pelayanan saat hidup dia tidak membedakan orang lain, dan cenderung berbagi senyum kepada semuanya. Teladan Hidup Suster Wilhemina dan Suster Yulia memberi teladan baik, di mana mereka sudah mengabdikan hidup kepada Tuhan dan berbuat baik kepada sesamanya. Suster Yulia dan Suster Wilhemina juga dikenang banyak orang, meski raganya sudah tidak ada lagi di dunia. Suster Yulia dan Suster Wilhemina mempercayakan hidup mereka kepada sampai Tuhan akhirnya memanggil mereka Semoga ini bisa menjadi teladan bagi kita, terutama anak anak muda, agar tidak terpaku dengan hal duniawi. Kita bisa menyisakan waktu kepada Tuhan, agar hidup kita bisa mendapatkan ketenangan dan juga mendapatkan kedamaian dalam hidup. Kontributor Helena Brilianty, suka nulis suka fotografi adalah media berita online independen, terbuka, dan berintegritas, menyajikan berita, informasi, dan data secara khusus seputar Gereja Katolik di Indonesia dan dunia. Salât Al-Janaza, également appelée prière mortuaire et prière funéraire est une obligation communautaire Fardu Kifayah ; c’est-à-dire que son accomplissement par une partie des membres de la communauté en dispense les autres. De fait, cette prière en Islam se veut des plus sublimes formes de la miséricorde divine et une façon d’honorer nos morts. Il suffit pour s’en convaincre de citer le fameux hadith de notre prophète Que la prière d’Allah et Son salut soient sur lui rapporté par Abdallah Ibn Omar Qu’Allah les agrée lui et son père où il dit Il n’y a pas un homme sur qui 100 personnes prient sans qu’Allah ne le pardonne ». Au cours de cet article, nous allons découvrir ensemble tout ce qui est primordial à connaître sur la prière mortuaire, depuis l’agonie et jusqu’à l’enterrement. La préparation du mort Bien avant de nous pencher sur la prière mortuaire, son procédé, ses règles et ses conditions, il nous semble utile de passer en revue quelques recommandations prophétiques des plus utiles qui précèdent cette prière. Recommandations prophétiques à l’agonie Notre prophète Que la prière d’Allah et Son salut soient sur lui a dit dans un hadith rapporté par Mouslim Faites prononcer à vos morts La ilaha illallah » ». Il a dit également dans un autre hadith rapporté par l’Imam Ahmad, Al-Nasa’i et Ibn Majah Lisez Yâ-Sîn pour vos morts » ; les Oulémas, d’ailleurs, expliquent ce hadith en montrant qu’il est recommandable de réciter cette sourate au moment de l’agonie du fait que sa récitation adoucit la sortie de l’âme. Il est ainsi recommandé de mettre l’agonisant en direction de la Qibla. Recommandations prophétiques après la mort Quand la personne agonisante aura quitté enfin la vie, il faut lui fermer les yeux et la mâchoire, le couvrir, informer ses proches et amis, le préparer au plus vite pour le lavage, payer ses dettes, et faire sur lui la prière mortuaire avant de l’enterrer. La toilette mortuaire Ghusl al-Mayyit La toilette mortuaire est un rite funéraire musulman très essentiel du fait qu’il vise à purifier le corps du défunt et à le préparer pour son passage vers l’au-delà. Cela dit, ce processus implique des renseignements très stricts basés, essentiellement, sur les directives des textes sacrés. Cette toilette se réalise dans les plus brefs délais afin d’hâter l’enterrement du cadavre parce que dans les pays islamiques, l’inhumation doit avoir lieu dans les 24 heures suivant le décès. Qui peut procéder à la toilette mortuaire ? La condition sine qua non pour qu’une personne puisse procéder à la toilette mortuaire c’est de connaître, tout d’abord, les règles du lavage. La priorité est accordée à celui qu’a désigné le mort dans son testament si c’est le cas, puis à celui qui a été le plus proche de lui et ainsi de suite pourvu que ces personnes-là aient une connaissance des règles du lavage. Le groupe des intervenants doit se composer de quatre personnes au maximum, tous purifiés au préalable. Il est important de signaler que les femmes sont préparées par les femmes et les hommes par les hommes. Il se peut, néanmoins, que le mari s’occupe de son épouse, de ses fils et de ses filles de moins de sept ans. la femme prépare son mari ou son fils à condition qu’il soit pré-pubère. Il y a, toutefois, certains cas d’exception comme à titre d’exemple celui du martyr qu’on ne lave pas et qu’on n’habille pas. On prie sur lui et puis on l’enterre dans les mêmes habits qu’il portait au moment de son décès. On peut également citer, à cet égard, le cas du fœtus qui meurt après avoir passé quatre mois dans le ventre de sa mère. Il doit être, le cas échéant, lavé et bénéficie de la prière mortuaire. Il y a une suite de renseignements à respecter concernant le nettoyage du corps du défunt, à savoir 1- Le défunt doit être placé sur la table de lavage et ses parties intimes doivent être recouvertes. Ensuite, on doit procéder à son déshabillage puis le mettre à l’abri du regard des autres dans une pièce à part. 2- Il est préférable que celui qui lave le corps prenne un gant ou un tissu qu’il place autour de sa main. 3- Il lève la tête du mort vers lui, puis fait passer sa main sur son ventre et appuie dessus et nettoie les parties de devant et de derrière, en lavant les souillures qui les recouvrent. 4- Il met l’intention de procéder au lavage, et dit bismillah’. 5- Il lui fait les ablutions comme pour la prière, mais ne fait que de passer de l’eau au niveau de sa bouche et de son nez, sans la faire rentrer dedans. 6- Il lave la tête du mort et sa barbe avec de l’eau de jujubier, ou avec du savon ou autre chose que cela. 7- Il lave la moitié droite du corps puis la gauche et termine par les autres parties de celui-ci. 8- Il est préférable d’utiliser du camphre au dernier lavage. 9-Puis, il essuie le mort. 10-Il enlève tout ce qu’il est permis d’enlever du mort, tels que les ongles, les poils pubiens et ceux des aisselles. 11-Il fait trois tresses aux cheveux de la femme, et les met derrière elle. Le linceul Al Kafan Pour ce qui est des hommes, la tradition prophétique consiste à ce qu’ils soient habillés de trois étoffes de tissus blancs en coton qui couvrent tous le corps. Quant aux femmes, on utilise cinq étoffes de tissus en coton une qui sert de pantalon, une autre en guise de voile recouvrant la tête, une en guise de chemise et deux pour recouvrir le corps. Concernant les enfants du sexe masculin, on utilise une seule étoffe, même si l’on peut en utiliser trois. Or, en ce qui concerne les enfants du sexe féminin, on utilise une étoffe en guise de chemise et deux draps. Les étoffes doivent être empilées les unes sur les autres et parfumées avec le musc, l’ambre, le camphre ou autres, sauf si le décédé est un martyr. Il est indispensable de prier sur la dépouille de tout musulman avant son enterrement. La prière mortuaire se veut très particulière et diffère des autres prières classiques ; c’est une prière qui se prie debout, sans inclinaison ni prosternation. Ainsi, elle se compose de 4 étapes, dont chacune est séparée par un Takbir Le premier Takbir Après avoir dit Allahou Akbar », il faut réciter à voix basse sourate Al-Fatiha بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 1 الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ 2 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 3 مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ 4 إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ 5 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ 6 صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ 7 1 Au nom d’Allah, le Tout Miséricordieux, le Très Miséricordieux. 2 Louange à Allah, Seigneur de l’univers. 3 Le Tout Miséricordieux, le Très Miséricordieux, 4 Maître du Jour de la rétribution. 5 C’est Toi [Seul] que nous adorons, et c’est Toi [Seul] dont nous implorons secours. 6 Guide-nous dans le droit chemin, 7 Le chemin de ceux que Tu as comblés de faveurs, non pas de ceux qui ont encouru Ta colère, ni des égarés. Le deuxième Takbir Après le deuxième Allahou Akbar », il faut réciter à voix basse la seconde partie du Tachahoud اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم، في العالمين إنك حميد مجيد ». Mon Seigneur! Agrée les prières faites pour Muhammad et sa famille comme tu l’as fait pour Ibrahim et la sienne. Tu es digne de louanges et glorieux. Seigneur ! Bénis Muhammad et sa famille comme Tu l’as fait pour Ibrahim et la sienne. Tu es digne de louanges et glorieux ». Le troisième Takbir Après avoir dit le troisième Allahou Akbar », il faut invoquer Dieu à voix basse pour le mort اللهم اغفر لحينا وميتنا، وشاهدنا وغائبنا، وصغيرنا وكبيرنا، وذكرنا وأنثانا، اللهم من أحييته منا فأحيه على الإسلام، ومن توفيته منا فتوفه على الإيمان » Ô Seigneur ! Pardonne à nos vivants et à nos morts, à ceux qui sont présents et à ceux qui sont absents, les petits comme les grands, les hommes comme les femmes. Ô Allah ! Celui à qui Tu as permis de vivre, fais le vivre dans l’Islam et celui dont Tu as repris l’âme, fais-le mourir dans la foi. » Le quatrième Takbir Après le quatrième Takbir, on dit cette prière dite par le prophète اللَّهُمَّ لا تحرمنا أجره، ولا تفتنّا بعده » Ô Seigneur ! Ne nous prive pas de sa récompense et ne nous égare pas après sa mort. » Puis l’Imam fait le salut final. Salat al-janaza est-elle interdite aux femmes ? Il n’y a aucune preuve qui interdit aux femmes de participer à la prière mortuaire Salât Al-Janaza. Il est, à ce propos, rapporté que `A’îcha Qu’Allah soit satisfait d’elle a assisté à la prière funéraire de Sa’d Abî Waqâs Qu’Allah soit satisfait de lui dans la mosquée du Prophète Que la prière d’Allah et Son salut soient sur lui. Par contre, le fait qu’elles suivent le convoi funéraire jusqu’au cimetière ou qu’elles se rendent auprès des tombes crée toujours une controverse entre les Oulémas. Il y en a ceux qui interdisent catégoriquement aux femmes de suivre le convoi funéraire. D’autres comme l’imam Malek et les savants d’Al Madina présument qu’il est préférable aux femmes de ne pas suivre le convoi funéraire, mais ne l’interdisent pas tout de même. L’imam Al-Boukhari et l’imam Mouslim ont rapporté qu’Oum Atiya a dit » Le Prophète, Que la prière d’Allah et Son salut soient sur lui, nous a interdits d’assister aux funérailles mais il n’a pas insisté. La femme en menstrues peut-elle faire Salât al-Janaza ? Il est interdit à la femme qui a ses menstrues de se rendre à la mosquée et de participer, en conséquence, à la prière mortuaire. Notre prophète paix et bénédiction d’Allah soient sur lui a été très clair lorsqu’il a dit Moi, je ne permets pas à celle qui voit ses menstrues ou à celui qui a la souillure d’entrer dans la mosquée ». Elle peut, cependant, réciter des invocations pour le mort, comme il lui a été permis également de participer au lavage d’une femme morte. Et Allah sait mieux ! L’enterrement musulman Dafn Après salât al-janaza, le mort est conduit par un cortège funéraire jusqu’au cimetière. Une fois que le mort est mis dans sa tombe, il est recommandé à ceux qui l’ont escorté de réciter des prières et des invocations, de demander à Allah de lui accorder Sa grâce, et de l’affermir pour qu’il sache répondre aux questions des deux Anges qui vont l’interroger. Il est permis à ses proches et connaissances de faire montre de leur tristesse sans pour autant recourir aux actes prohibés durant les enterrements comme an-nadb et an-niyâha les plaintes et les cris, l’arrachage des cheveux, l’invocation des morts chirk, etc. D’ailleurs, le Prophète avait l’habitude de dire à ceux qui accompagnaient un mort après son inhumation استغفروا لأخيكم، وسلوا له التثبيت، فإنه الآن يسأل » Implorez l’absolution pour votre frère et priez Allah de le soutenir car il est maintenant en train de subir un interrogatoire »

jenazah santo santa yang masih utuh