🥳 Jalan Pegangsaan Timur No 56 Jakarta

InsyaAllah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu." Proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 (sekarang jalan Proklamasi), Jakarta pada pukul 10.00 WIB. Pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat dan Suhud. Bisniscom, JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang memproses pengembalian nama Jalan Proklamasi No.56 yang terdapat Tugu Proklamasi menjadi nama asalnya yakni Jalan Pegangsaan Timur No. 56.. Pengembalian nama tersebut lantaran berdasarkan catatan sejarah Kemerdekaan Indonesia, tempat dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan adalah di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, yang sekarang telah Jl Pegangsaan Timur No.6 Menteng Jak-Pus: Penyediaan Jasa Pekerja Kebersihan Wisma, Mess, Griya Karya, Kantor Dan Sopir di Lingkungan DAOP 1 Jakarta: 53: PT. KAI DAOP 1 JKT: Jl. Pegangsaan Timur No.6 Menteng Jak-Pus: Pemborongan Pekerjaan Penjualan Tiket DAOP 1 Jakarta: 54: PT. KAI DAOP 1 JKT: Jl. Pegangsaan Timur No.6 Menteng Jak-Pus RukoGraha Parkview Blok ZD/6, Jl. Boulevard Timur No.RT.12, RT.12/RW.10, Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, North Jakarta City, Jakarta 14250 August 21, 2022 -15:00 START- Ogre card shop gading serpong Tampilkan1. Lebih Ringkas 2.Cukup Rinci 3. Lebih Rinci: Urutan 1 - 9 dari 87 hasil penelusuran untuk jalan pegangsaan timur no. 56.(0.12 detik) Soekarnodengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta sedang membacakan teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia bertempat di Gedung J. Pegangsaan Timur 56, Jakarta Terbitan: (1945) Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ; di proklamirkan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia di Jl Pastikita semua tak asing lagi dengan jalan Pegangsaan Timur No. 56, tempat bersejarah dimana Bung Karno membacakan naskah kemerdekaan Republik Indonesia ditemani Bung Hatta, ya sekitar 76 tahun yang lalu. Tepat di teras rumah tersebut. Tempat ini menjadi saksi sejarah Indonesia menuju pintu gerbang kemerdekaan. PegangsaanTimur 56 (Museum) is located in Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jakarta, Indonesia. Nearby area or landmark is Kec. Menteng. Address of Pegangsaan Timur 56 is Jl. Proklamasi No.56, RT.10/RW.2, Pegangsaan, Kec. Menteng, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10320, Indonesia. Alasanteks proklamasi dibacakan di rumah Soekarno, Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, bukan di Lapangan Ikada karena. permintaan Soekarno anjuran dari Laksamana Maeda menghindari bentrokan dengan tentara Jepang pasukan republik telah siaga di rumah Soekarno ME M. El Master Teacher Mahasiswa/Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung . Pada 17 Agustus 1945, di halaman rumah jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, Soekarno – Hatta atas nama Bangsa Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Di halaman rumah siapakah proklamasi tersebut di dikumandangkan? Aktifitas menjelang kemerdekaan, bagi para tokoh pendiri republik ini, sungguh menguras banyak enerji dan pikiran. Hal inilah yang, antara lain, menyebabkan Soekarno Bung Karno sempat jatuh sakit. Soekarno terserang penyakit beri-beri dan malaria. Badannya kerap menggigil, panas-dingin, dan lemas. Adalah seorang pengusaha asal Yaman, Farej Said Martak, sahabat Bung Karno, memberikan madu Arab, Sidr Bahiyah, yang didatangkan dari Hadramaut, Yaman. Madu , Sidr Bahiyah bukan sembarang madu. Khasiatnya sudah teruji sejak ratusan tahun lalu. Bersifat antibiotik dan sekaligus antiseptik. Setelah mengkonsumsi madu Sidr, kondisi Bung Karno berangsur pulih. Lalu, didampingi Mohammad Hatta, Bung Karno membacakan naskah Proklamasi di depan rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Menteng, Jakarta. Tahukah Anda, rumah siapakah yang terletak di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu? Rumah ini milik keluarga Farej yang dihibahkan kepada Bung Karno. Di rumah inilah Ibu Fatmawati menjahit Bendera Merah Putih pada malam sebelum teks proklamasi dibacakan. Atas permintaan Bung Karno, pada 1962, rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu dirobohkan. Di atas bangunan tersebut kemudian didirikan Gedung Pola, sedangkan tempat Bung Karno dan Bung Hatta berdiri saat membacakan teks Proklamasi, didirikan monumen Tugu Proklamasi. Jalan Pegangsaan Timur diubah menjadi Jalan Proklamasi. Pemerintah Indonesia secara resmi menyampaikan ucapan terima kasih pada keluarga Martak, berupa surat secara tertulis pada 14 Agustus 1950 yang ditandatangani oleh Ir. Mananti Sitompoel sebagai Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Indonesia. Disebutkan juga dalam surat tersebut, selain rumah di jalan Pegangsaan Timur 56, keluarga Martak telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang sangat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia. Siapakah Farej bin Said bin Awadh Martak? Ia adalah putra ketiga dari empat bersaudara. Secara berurutan, kakak-kakak Farej adalah Djusman Martak dan Muhammad Martak, sedangkan adiknya bernama Ahmad Martak. Keluarga besar Martak dan keluarga Badjened mendirikan Alegemeene Import-Export en Handel Martak Badjened Marba, dimana Farej menjadi Presiden Direkturnya. Jejak Marba masih bisa ditelusuri di Jogyakarta berupa Hotel Garuda, dan di Semarang berupa Gedung Marba. Dari Muhammad Martak, kakak dari Farej, lahirlah seorang putra bernama Yusuf Muhammad Martak, yang juga dikenal sebagai Ketua GNPF-Ulama. Nama besar Marba kini dilanjutkan oleh Yusuf dengan aneka bidang usaha, dari restoran sampai ke biro perjalanan, dan berpusat di Tebet, Jakarta Selatan. Dengan alur-kisah tersebut, kehadiran Yusuf Muhammad Martak di blantika pergerakan nasional bukanlah a-historis. Yusuf bukan tipe manusia yang memanfaatkan nama besar keluarga untuk kepentingan pribadinya, tapi ia merasa terpanggil agar terus berkontribusi kepada negara-bangsa ini dengan jargonnya, “Apa yang bisa kami berikan untuk republik ini”, bukan “Apa yang bisa kami ambil dari republik ini”. Inilah prinsip Nasionalis-Islamis yang sedang ditumbuhkembangkan oleh Yusuf Muhammad Martak Kontribusi keturunan Arab tidak hanya berkait dengan rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56, tetapi di bidang yang lain. Tengoklah Sayyid Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar yang dikenal dengan nama H. Mutahar 5 Agustus 1916 -9 Juni 2004, penggubah lagu Syukur Januari 1945, mars Hari Merdeka 1946, dan Dirgahayu Indonesiaku yang menjadi lagu resmi ulang tahun ke-50 Kemerdekaan yang aktif berkomunikasi dengan 6 bahasa asing itu adalah salah seorang keturunan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Kehadiran keluarga Martak dan Muthahar adalah fakta bahwa keturunan Arab di Indonesia punya kontribusi yang tidak kecil bagi kelahiran republic ini. HMJ › Opini›Bung Karno, dari Oranje... Setelah diasingkan di Padang, Bung Karno ”kembali” ke Jawa pada 1942 dan tinggal di Oranje Boulevard, kini di Jalan Diponegoro, dan kemudian pindah ke rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. KOMPAS/SUPRIYANTO SupriyantoTanggal 17 Agustus 2021 kita memperingati Hari Kemerdekaan Ke-76 RI. Setiap menyambut Hari Proklamasi kita teringat alamat sebuah lokasi di Jakarta, Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, sekarang Jalan Proklamasi bagian depan rumah yang luas pekarangannya itulah pada 17 Agustus 1945 Soekarno dan Mohammad Hatta mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dari rumah Bung Karno itulah perjalanan republik ini dimulai. Di lokasi yang pernah menjadi kediaman Bung Karno itu kini berdiri Gedung Perintis Kemerdekaan sebelumnya disebut Gedung Pola dan Gedung Proklamasi, sebuah tugu yang di puncaknya ada kilatan petir, replika Tugu Peringatan Satu Tahun Proklamasi, serta Monumen Pahlawan kisah rumah di Jalan Pegangsaan Timur 56 itu pernah menjadi kediaman Bung Karno dan kemudian dikenang sebagai salah satu tempat bersejarah negeri kita? Ada serangkaian cerita tentang hal Karno ke JawaSemenjak awal pendudukannya di Indonesia, Jepang menyadari bahwa mereka membutuhkan dukungan para pemimpin, tokoh politik, dan masyarakat negeri jajahannya ini. Tokoh-tokoh yang sudah dikenal luas masyarakat, apalagi yang kharismatik, didekati untuk membantu pemerintah jajahan dan menggerakkan potensi rakyat di berbagai pemerintah pendudukan Jepang memerlukan tokoh sekaliber Soekarno yang aktivitasnya ketika itu sudah luas dikenal juga Jejak Sejarah ”Putra Sang Fajar” di Bumi RaflesiaSewaktu Jepang menginvasi Indonesia, Bung Karno tengah dalam pengasingan politik oleh pemerintah kolonial Belanda di Bengkulu. Bung Karno dipindahkan dari Ende, Flores, pada 1938. Menyadari posisinya kian terdesak, Belanda lalu mengungsikan Bung Karno dan keluarganya ke Padang, dan menurut rencana terus ke karena Belanda panik dan ketiadaan transportasi untuk membawa Bung Karno keluar Padang, beliau masih di Padang saat Jepang masuk kota tersebut, 17 Maret 1942 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998, 2005.Kehadiran segera Bung Karno di Pulau Jawa dinantikan Jepang dan kawan-kawan seperjuangannya semasa pergerakan melawan pemerintah kolonial Belanda, antara lain Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir. Namun, mengingat situasi yang belum menentu di awal pendudukan Jepang, perjalanan Bung Karno kembali ke Jawa sempat tersendat, bahkan agak sebuah perahu bermotor berukuran panjang 8 meter, Bung Karno, istrinya, Inggit Garnasih, Kartika anak angkat mereka, dan Riwu pembantu keluarga sejak di Ende, Flores, dikawal dua tentara Jepang, bertolak dari Palembang, awal Juli 1942. Ikut pula dalam rombongan kecil tersebut, dua anjing peliharaan keluarga Bung Karno, Ketuk Satu dan Ketuk mengarungi laut bergelombang yang membuat penumpangnya ciut hati dan mabuk laut, selama empat hari, perahu itu mendarat di pelabuhan Pasar Ikan, Jakarta, 9 Juli 1942 Cindy Adams, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, 1965. Cetakan ke-6, 2000; John D Legge, Sukarno Sebuah Biografi Politik, 1972; Lambert Giebels, Soekarno Biografi 1901-1950, 2001; Mohammad Hatta, Indonesian Patriot Memoirs, 1981.Baca juga Warisan Kepemimpinan Soekarno-Hatta, Gelorakan Persatuan di Sanubari RakyatUniknya, kisah perjalanan Bung Karno ini disinggung Tan Malaka dalam karya monumentalnya, Madilog. Di bagian pendahuluan, Tan Malaka membandingkan pelayaran Bung Karno dari Palembang ke Jakarta, dengan perjalanannya dari Teluk Betung ke tujuan yang sama, memakai perahu layar kecil Seri Renjet yang sudah tua dan bocor di Malaka menceritakan, sepanjang pelayaran gerak maju perahu layar tersebut dipermainkan angin. Sementara perahu yang ditumpangi Bung Karno, menurut Tan Malaka, juga ditarik sebuah kapal bermotor Jepang. Alhasil, kendati Teluk Betung lebih dekat ke Jakarta, perjalanan Tan Malaka memakan waktu lebih lama Tan Malaka, Madilog, Teplok Press. Cetakan Ketiga, April 2000.Sesampai di Jakarta, apakah Bung Karno dan keluarganya langsung tinggal menetap di Jalan Pegangsaan Timur 56? Ada yang mengatakan bahwa di hari pertama di Jakarta, Soekarno sekeluarga menginap di kediaman Bung Hatta di Oranje Boulevard yang kini bernama Jalan Diponegoro John D Legge, 1972.Ada yang mengatakan bahwa di hari pertama di Jakarta, Soekarno sekeluarga menginap di kediaman Bung Hatta di Oranje Boulevard yang kini bernama Jalan ada juga catatan bahwa di Jakarta, keluarga Bung Karno awalnya menginap di Hotel Des Indes, Harmoni, yang kemudian menjadi kompleks pertokoan Duta Merlin Ramadhan KH, Kuantar ke Gerbang Kisah Cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno, 1988; Walentina W de Jonge, Sukarno-Hatta Bukan Proklamator Paksaan, 2015.Penguasa militer Jepang memang sudah menyiapkan berbagai keperluan Bung Karno kantor, staf, mobil, dan sebuah rumah Bob Hering, Soekarno Bapak Indonesia Merdeka. Jilid 1, 1901-1945, 2003.IPPHOS Pembicaraan antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta sekitar pembentukan Kabinet, Juni rumah yang luasBeberapa buku memastikan bahwa Soekarno dan keluarganya tidak langsung tinggal menetap di Jalan Pegangsaan Timur 56, tetapi mulanya pernah di sebuah rumah cukup besar bertingkat dua di jalan raya daerah elite Menteng, Oranje Boulevard Lambert Giebels, 2001; Ramadhan KH, 1988; Soebagijo IN penyunting, Mr Sudjono Mendarat dengan Pasukan Jepang di Banten 1942, 1983.Bung Karno sendiri tidak jelas menyebut alamat rumah tinggalnya yang pertama di Jakarta. Beliau hanya mengatakan bahwa ”Jepang telah menyediakan sebuah rumah bertingkat dua dan manis potongannya, terletak di sebuah jalan raya Jakarta” Cindy Adams, 2000.Namun, setelah beberapa waktu, Bung Karno dan Bu Inggit merasa kurang senang tinggal di rumah bertingkat dua di Oranje Boulevard kemudian dipastikan posisinya di Jalan Diponegoro Nomor 11 itu Lambert Giebels, 2001. Bagi mereka, rumah itu terasa tidak cukup luas untuk menerima tamu Bung Karno yang semakin video Inggit 1 Srikandi di Balik Kemerdekaan IndonesiaKetidaksenangan tinggal di rumah bertingkat itu diakui sendiri oleh Bung Karno Cindy Adams, 2000. Bu Inggit juga merasa selain rumah kurang besar, ”suamiku tidak senang naik turun tangga di rumah bertingkat itu” Ramadhan KH, 1988. Mereka ingin tinggal di rumah yang lebih besar dan nyaman dengan halaman 20 tahun yang lalu, Kompas memuat tulisan seorang pelaku sejarah yang mengetahui asal mula Bung Karno tinggal di Jalan Pegangsaan Timur 56. Dalam artikelnya berjudul ”Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi” Kompas, 16 Agustus 2001, Chairul Basri menceritakan pengalamannya ikut mencarikan rumah untuk Bung Basri yang pensiun sebagai mayor jenderal TNI AD, dan pernah menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi 1966-1979, kemudian menuliskan kisah itu dengan lebih rinci dalam bukunya, Apa yang Saya Ingat 2003.Ceritanya berawal ketika Chairul Basri diminta seorang pejabat Jepang, Shimizu Hithoshi, dari badan propaganda, untuk mencarikan rumah bagi keluarga Bung Karno. Bersama seorang teman, Adel Sofyan, keduanya bersepeda berkeliling daerah akhirnya menemukan sebuah rumah yang luas pekarangannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor akhirnya menemukan sebuah rumah yang luas pekarangannya di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56. Keduanya merasa rumah ini cocok bagi Bung Karno. Chairul teringat pesan Bung Karno ”Saya ingin mendiami rumah yang luas pekarangannya agar saya dapat menerima rakyat banyak” Chairul Basri, 2003.Rupanya rumah itu milik seorang Belanda yang sudah diinternir Jepang. Istrinya masih menghuni rumah tersebut. Wanita Belanda itu diminta mengosongkan rumah tersebut dan dipindahkan ke Jalan Lembang, juga di daerah Menteng. Bung Karno setuju pindah ke Jalan Pegangsaan Timur Nomor baik dalam artikel di Kompas dua dasawarsa lalu itu maupun dalam bukunya, Chairul Basri tidak menjelaskan apakah rumah di Pegangsaan Timur itu rumah pertama Bung Karno di Jakarta setelah kembali dari Sumatera ataukah rumah berikutnya setelah sempat menghuni rumah di Oranje Upacara peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di Jalan Pegangsaan Timur No 56, Jakarta, 17 Agustus 1952. Anak-anak bermain bola di Tugu Proklamasi, Minggu 22/4/2012.Ketika menempati rumah yang kemudian menjadi tempat diproklamasikannya Kemerdekaan Indonesia, Bu Inggit Garnasih sempat tinggal di rumah tersebut. Bu Inggit merasa lebih nyaman di Pegangsaan Timur 56, yang selain luas halamannya juga memiliki banyak kamar dan ada paviliunnya Ramadhan KH, 1988.Setelah bercerai dengan Bu Inggit, Bung Karno menikah dengan Fatmawati. Dalam pernikahan yang berlangsung di Bengkulu itu, Juni 1943, Bung Karno diwakili Sardjono, seorang kawan Bung Karno di Bengkulu Cindy Adams, 2000; Lambert Giebels, 2001; Fatmawati Sukarno, Fatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno, 2016.Bu Fat lalu pindah berkumpul dengan suaminya di Jakarta dan tinggal di Pegangsaan Timur 56. Di rumah itulah kemudian diselenggarakan pesta pernikahan mereka, 22 Agustus 1943 Lambert Giebels, 2001. Di rumah itu pulalah Bung Karno dikaruniai putra pertama, Guntur Soekarnoputra, 3 November 1944. Di sana juga Bu Fat menjahit Bendera Pusaka juga Merawat Kenangan Fatmawati Soekarno di BengkuluTulisan ini memang hanya sebatas kisah awal rumah di Pegangsaan Timur 56 itu menjadi kediaman Bung Karno. Tentu banyak kisah penting lain di rumah bersejarah tersebut. Sayang, bangunan asli rumah itu atas perintah Presiden Soekarno sendiri dibongkar awal tulisan ringkas ini mengingatkan kembali pada sekilas riwayat rumah yang pernah menjadi kediaman salah seorang pendiri republik ini. Sebuah rumah tempat dikumandangkannya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 76 tahun yang Republik Lukman, Peminat Sejarah Nasional Indonesia

jalan pegangsaan timur no 56 jakarta